PENGUJIAN SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN TURUNANNYA




PENGUJIAN SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN TURUNANNYA
(Laporan Praktikum Kimia Organik II)




Oleh
Vina Rosalina
1313023086














LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014



I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan karboksil, suatu istilah yang berasal dari karbonil dan hidroksil. Gugusan yang terikat pada gugusan karboksil dalam asam karboksilat bisa gugus apa saja, bahkan bisa gugus karboksil lain.

Derivat asam karboksilat merupakan turunan asam karboksilat, dimana ditinjau dari strukturnya senyawa yang diperoleh dari hasil pergantian gugus –OH dalam rumus struktur RCOOH oleh gugus –NH2, -OR, atau –OOCR. Dalam derivat asam karboksilat ini lebih spesifik membahas halida asam, anhidrida asam, ester, amida, dan nitril. Dalam asam karboksilat gugus -COOH terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar). Meskipun yang mengikat gugus –COOH dapat berupa gugus alifatik atau aromatik,  jenuh atau tidak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH tersebut pada dasarnya sama. Di samping terdapat asam yang mengandung satu gugus karboksil (asam monokarboksilat), diketahui juga terdapat asam yang memiliki dua gugus karboksil (asam dikarboksilat) dan tiga buah gugus karboksil (asam trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –COOH ini tidak mengakibatkan perubahan sifat kimia yang mendasar. Oleh karena itu adanya gugus karboksil menyebabkan turunan asam karboksilat bersifat polar, dan kepolaran ini yang berpengaruh terhadap sifat-sifat yang ada pada turunan asam karboksilat.

Untuk mempelajari bagaimana pengujian senyawa asam karboksilat dan turunannya, maka dilakukanlah percobaan ini.


1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan  ini yaitu pada akhir percobaan  mahasiswa diharapkan :
1.  Mampu  melakukan identifikasi terhadap senyawaan turunan asam karboksilat berdasarkan test          hiroxamat.



II. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam karboksilat. Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ºC, titik didih 80ºC), dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik.
Suatu molekul asam karboksilat mengandung gugusan –OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena adanya ikatan hidrogen, maka asam karboksilat yang mengandung atom karbon satu sampai empat dapat bercampur dengan air. Asam karboksilat yang mempunyai atom karbon lebih banyak kebanyakan larut sebagian dalam air. Asam karboksilat juga membentuk ikatan hidrogen dengan asam karboksilat lainnya dimana terjadi dua ikatan hidrogen antara dua gugusan karboksil. Dalam larutan yang tidak mempunyai ikatan hidrogen, asam karboksilat berada sebagai sepasang molekul yang bergabung, disebut dimer (“dua bagian”).
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:

1. Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada temperatur tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah:
HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O

2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O

3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat lambat.

4. Pembentukan Asam Karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat, reaksi oksidasi, reaksi Grignat (Fessenden, 1997).

Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida. 

Asam asetat (CH3CO2H) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang palilng penting di perdagangan, industi, dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glacial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glacial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 17°C, titik leleh 118°C) dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan dengan banyak pelarut organik. Dalam bentuk cair dan uap, asam asetat glaasial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain. Asam asetat glacial komersial dibuat dengan mereaksikan methanol dan karbon monoksida atau oksida etilen. Bahan asal dari reaksi ini disintesa dari gas alam, minyak bumi, atau batubara. Asam asetat dipakai dalam sintesa hasil industi, termasuk serat dan platik. Juga dipakai sebagai pelarut dan seebagai pereaksi untuk sintesa dalam laboratorium.
Cuka, larutan 3-6% asam asetat dalam air, dibuat melalui peragian dari sari buah apel sari buah lain, atau anggur atau dari pengeceran asam asetat sintesis (Riawan, 1990).

Asam karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol menghasilkan eter. Banyak dijumpai dalam lemak dan minyak, sehingga sering juga disebut asam lemak. Pembuatannya antara lain melalui oksidasi alkohol primer, sekunder atau aldehida, oksidasi alkena, oksidasi alkuna hidrolisa alkil sianida (suatu nitril) dengan HCl encer, hidrolisa ester dengan asam, hidroilisa asil halida, dan reagen organolitium (Wilbraham, 1992).

Atom karbon karbonil dalam gugusan karboksil adalah sp2 hibrida. Setiap atom oksigen mempunyai dua pasang elektron sunyi. Atom-atom oksigen ini bersifat elektonegatif dibandingkan karbonil-karbonil dan hidrogen hidroksil. Jadi, gugusan karboksil polar. Karena polaritas dari ikatan O-H dan karena ion karboksilat (RCO2-) adalah resonansi stabil, asam karboksilat dapat kehilangan proton menjadi basa kuat atau basa agak kuat. Derivat hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil, disebut asam karboksilat. Yang diturunkan dari hidrokarbon alkana mempunyai rumus molukel umum RCO2H, yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil, –COOH. 

Titik didih asam karboksilat relatif tinggi dibandingkan titik didih alkohol, aldehida, dan keton dengan bobot molekul yang kira-kira sama. Misalnya, asam formiat mendidih 23oC lebih tinggi dari pada etanol, meskipun bobot molekul keduanya sama. Titik didih asam-asam karboksilat yang sama disebabkan oleh ikatan hidrogen antar molekul antara dua molekul. Asam akrboksilat mempunyai gugus karboksil, –CO2H, terdiri dari gugus karbonil (–CO–) dan satu gugus hidroksil (–OH) (Keenan, 1992).



III. METODELOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini yaitu 1 rak tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, gelas piala 500ml, pembakar bunsen, dan penjepit tabung.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam asetat anhidrat, benzoil klorida, amida, etil asetat, hidroksilamonium klorida, HCl 6M, etanol, FeCl3 10%, KOH-etanol 10%, kertas lakmus, indikator universal, dan propilen glikol.

3.2 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur perobaan ini yaitu:
A. Test hidroxamat untuk asam asetat anhidrat dan klorida asam















B. Test hidroxamat untuk ester

















C. Test hidroxamat untuk amida

















DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Kimia Organik Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Keenan, Charles W, Kleinfelter, Donald C, dan Wood, Jesse H. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas          Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta:  Binarupa Aksara.

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Bandung : ITB.

SISTEM PERIODIK UNSUR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kimia anorganik sering kali dikatakan terdiri atas kumpulan besar fakta yang tidak saling berkaitan, sebagai lawan dari kimia organik yang tampaknya lebih memperhatikan keteraturan. Hal ini sebagian memang benar, karena pokok bahasan dalam kimia anorganik jauh lebih besar dan rumit, dan aturan-aturan mengenai perilaku kimia sering kali kurang dapat ditetapkan. Pokok bahasan menjadi rumit, karena diantara unsur-unsur dengan struktur elektron mirip saja seperti pada golongan Li, Na, K, Rb, dan Cs. Perbedaan ini timbul akibat adanya perbadaan jari-jari atom, potensial ionisasi, hidrasi, energi solvasi, dan sebagainya. Kimia anorganik membahas banyak senyawaan yang terbentuk dari banyak unsur, yaitu mencakup lebih dari 100 unsur yang dapat membentuk senyawaan sebagai gas, cairan, atau padatan, yang reaksinya mungkin harus dipelajari pada suhu yang sangat rendah atau sangat tinggi.

Berbagai konsep membantu penataan dan sistem kedalam kimia anorganik, namun konsep yang paling tua dan paling berarti bersandar kepada tabel berkala unsur. Susunan berkala atau yang saat ini lebih dikenal dengan tabel sistem periodik unsur (SPU) merupakan suatu alat yang penting dan yang dapat mempermudah kita untuk mengenal sifat-sifat kimia ataupun fisika suatu unsur. Sebagaimana yang telah diketahui, sifat-sifat unsur sangat beragam. Pada temperatur kamar, sebagian bersifat gas, sebagian bersifat cair, dan lainnya bersifat padat. Sebagian lagi bersifat logam, sebagian bukan logam dan adapula yang bersifat diantara keduanya, serta masih banyak lagi sifat yang lainnya. Berbagai bentuk klasifikasi periodik unsur-unsur terus bermunculan sejak dikeluarkannya tabel Mendeleev pada tahun 1871. Tiap 
tabel dirancang untuk menunjukan berbagai kecenderungan dan hubungan yang dianggap oleh pencitanya sebagai yang paling penting. Dari antara ratusan tabel yang pernah diusulkan, mungkin yang menjadi paling pouler adalah tabel periodik bentuk panjang (tabel periodik modern). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kontraversi pengorganisasian tabel periodik unsur, klasifikasi unsur-unsur dalam tabel periodik serta sistem periodik unsur modern.

 1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan tabel periodik unsur? 
2. Bagaimana organisasi dalam tabel periodik unsur modern? 
3. Apa saja klasifikasi dalam tabel periodik unsur modern?

1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah perkembangan tabel periodik unsur. 
2. Mengetahui organisasi dalam tabel periodik unsur modern. 
3. Mengetahui klasifikasi unsur dalam tabel periodik unsur modern.

1.4 Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode literatur. Dimana metode ini merupakan pencarian melalui buku-buku yang dirasa perlu untuk melengkapi data yang diperoleh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Sistem Periodik Unsur
Beberapa unsur telah sejak lama menjadi bagian kehidupan manusia, seperti tembaga, perak, dan emas yang digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan maupun berbagai perhiasan.  Seiring waktu para ahli mulai mengetahui bahwa setiap unsur memiliki sifat-sifat yang khas. Namun demikian, dismaping sifat-sifat khasnya, ternyata diantara unsur-unsur tersebut juga memiliki kemiripan-kemiripan.  Fakta ini mendorong para ahli untuk mengelompokkan unsur-unsr berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya.

Pengelompokan yang paling sederhana berdasarkan sifat logam dan nonlogam. Selanjutnya, berkembang pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atomnya yaitu Sistem Triade Dobereiner, Sistem Oktaf Newlands, dan Sistem Periodik Mendeleev, serta berdasarkan kenaikan nomor atom yaitu Sistem Periodik Modern yang digunakan hingga sekarang. Yang ditata dalam satu lajur vertikal yang disebut golongan, dan lajur-lajur horizontal yang diurutkan berdasarkan kenaikan massa atom yang disebut periode.

2.2   Perkembangan Sistem Periodik Unsur
        2.2.1    Pengelompokan Unsur Menurut Aturan Triads
        Pada tahun 1817, kimiawan Jerman, Dobereiner mengamati adanya keteraturan sifat-sifat  unsur. Ia mencatat bahwa terdapat kemiripan sifat diantara baerbagai unsur yang beranggotakan tiga, misalnya : Li-Na-K-Ca-Sr-Ba-F-Cl-Br, dan lain-lain. Hal tersebut ia namai sebagai aturan triads. Dengan demikian banyaknya unsur-unsur baru yang dikemukakan  aturan triands tidak lagi relevan karena ternyata terdapt unsur-unsur lain yang juga 
memiliki kemiripan sifat dengan masing-masing kelompok tersebut sehingga anggotanya lebih dari tiga, misalnya : Li-Na-K-Rb-Cs-Fr, Mg-Ca-Sr-Ba-Ra, F-Cl-Br-I-At, dan lain-lain.

       2.2.2 Pengelompokan Unsur Menurut Hukum Oktaf
       Sekitar 50 tahun kemudian, John Newlands (berkebangsaan Inggris) menyatakan bahwa jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan bobot atomnya, maka sifat kimianya akan terulang pada unsur ke-8 (ketika gas-gas mulia belum diketemukan). Pola sifat tersebut menyerupai tangga nada dalam musik dan oleh Newlands dinamai sebagai Hukum Oktaf. Tetapi faktanya “hukum” tersebut tidak cocok untuk  unsur-unsur setelah kalsium. Adapun gambar tabel periodik Oktaf Newlands adalah sebagai berikut:
 

        2.2.3   Pengelompokan Unsur Menurut Hukum Mendeleev
        Sekitar 5 tahun kemudian, Dmitri Mendeleev (kimiawan Rusia) menyusun suatu tabel unsur-unsur, yang kemudian dikenal sebagai Tabel Periodik Mendeleev. Dalam tabel periodik ini, unsur-unsur ditata berdasarkan kenaikan bobot atom dalam suatu tabel yang terdiri dari 12 baris mendatar yang disebut sebagai periode dan 8 kolom tegak yang disebut sebagai golongan. Kedelapan golongan tersebut masing-masing dibagi menjadi dua sub golongan, yaitu sub golongan A dan sub golongan B. Mendeleev menyatakan bahwa unsur-unsur yang berada dalam sub golongan yang sama mempunyai kemiripan sifat-sifat fisika dan kimia, yang berubah secara bertahap dari atas kebawah. Misalnya, logam alkali yang termasuk dalam golongan IA mempunyai titik didih yang semakin berkurang dari atas ke bawah dengan urutan :
Li(1740C) > Na(97,80C) > K(63,70C) > Rb(38,90C) > Cs(28,50C)
Adapun gambar tabel periodik  Mendeleev adalah sebagai berikut:
 
2.3    Sistem Periodik Modern
Hukum periodik Mendeleev telah berhasil secara cemerlang dalam banyak hal, namun didapati juga beberapa pengecualian (anomali) yang mencolok. Menurut hukum periodik, sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari berat atomnya. Jika hal ini benar, maka tidak mungkin ada dua unsur yang mempunyai berat atom sama tetapi mempunyai sifat kimia dan fisik yang berbeda. Namun diamati bahwa akan sulit sekali untuk memahami hubungan antara tellurium dan iodin dimana kenaikan berat atom terbalik. Mendeleev juga menduga bahwa berat atom tellurium saat itu adalah salah ,akan tetapi ternyata dugaan tersebut tidak benar, dan kita menemukan bahwa tellurium harus diletakkan didepan iodin dalam tabel periodik, meskipun mempunyai berat atom lebih besar. Pada tahun 1900 juga muncul keraguan mengenai tempat dari gas-gas mulia. Jadin jelas bahwa ada sesuatu dalam struktur fundamental unsur-unsur yang menyebabkan timbulnya periodisitas ini, tetapi berat atom bukan merupakan jawaban akhirnya.

Setelah mengajukan konsep mengenai nomor atom, Seorang ahli fisika muda berkebangsaan Inggris Henry Moseley (Henry Gwyn-Jeffreys Moseley) menemukan hubungan antara nomor atom dengan frekuensi sinar-X yang dihasilkan dari penembakan unsur tersebut dengan elektron berenergi tinggi. Moseley mengusulkan bahwa sifat-sifat atom bukanlah bobot atom melainkan nomor atom. Berdasarkan kenyataan inilah Moseley memodifikasi Sistem Periodik Mendeleev dan menghasilkan Sistem Periodik Modern sebagaimana yang kita kenal. Adapun Tabel Periodik Modern tersebut adalah sebagai berikut:




2.3.1    Organisasi Unsur
        Dalam Sub-kelompok dalam tabel Mendeleev dipisahkan sedemikian hingga unsur-unsur terbagi atas 18 kolom tegak, yang disebut golongan. Unsur-unsur dalam tiap kolom merupakan analog atau unsur sejenis satu dengan yang lain. Ada 7 baris datar, yang disebut periode, yang pertama mengandung 2 unsur, yang kedua mengandung 8 unsur, yang keempat dan kelima mengandung 18 unsur, yang keenam dan ketujuh mengandung 32 unsur. Ketujuh periode ini berisi 118 unsur, 105 di antaranya adalah yang kita kenal sekarang. Agar bentuk tabel tidak terlalu panjang, ke 14 unsur yang muncul dalam periode keenam dan ketujuh yang diletakkan di bawah tubuh tabel utama, dan disebut sebagai deret lantanida ( muncul setelah lantanum) dan deret aktanida (muncul setelah aktanium).
 

Sejauh ini perkembangan dalam penatanan separuh unsur-unsur sudah masuk akal. Unsur-unsur ini menyangkut unsur terluar yang hanya terdiri atas elektron-elektron s dan p disebut unsur-unsur golongan utama. Sebagian unsur yang tinggal dinamakan  unsur-unsur transisi. Mereka menempati daerah tengah dari tabel dalam bentuknya yang biasa.

Tabel Periodik Unsur (TPU) modern, unsur-unsur ditempatkan secara teratur menurut naiknya nomor atom atau jumlah proton. Ada cukup banyak desain bentuk TPU, namun yang paling umum dijumpai adalah bentuk "panjang". TPU ini menampilkan unsur-unsur lantanida (4f) dan aktinida (5f) masing-masing hanya dalam satu “kotak” dalam bayang-bayang golongan 3 dengan kelengkapan keanggotaan seri ditempatkan secara terpisah di bawah tubuh tabel. Hal ini dengan pertimbangan bahwa unsur-unsur lantanida dan aktinida masing-masing menunjukkan kemiripan sifat-sifat kimiawi yang sangat dekat satu sama lain. Dengan demikian diperoleh suatu TPU yang lebih “kompak”, sebab jika kedua seri unsur-unsur ini (4f dan 5f) ditampilkan langsung dalam tabel, maka akan menghasilkan TPU dengan bentuk yang “sangat panjang” dengan kemungkinan penomoran golongan hingga 32. Menurut rekomendasi International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC:1997- 2005) penomoran golongan unsur-unsur mulai dari 1 hingga 18. Berikut adalah bentuk Tabel Periodik Unsur panjang.


2.3.2    Bentuk-Bentuk Tabel Periodik Unsur
      Sebagaimana yang telah dsikemukakan sebelumnya, Tabel Periodik Bentuk Panjang yang merupakan hasil penyempurnaan dari Tabel Periodik Mendeleev, ternyata masih menyimpan banyak persoalan. Berkaitan dengan hal tersebut, hingga sekarang banyak para peneliti masih terus mengusahakan penyempurnaan tabel periodik. Dalam diktat ini disajikan beberapa tabel periodik alternatif yang telah diusulkan oleh para peneliti diantaranya : Tabel Periodik bentuk Spiral, Tabel Periodik Longuet–Higgins, Tabel Periodik Piramida, Tabel Periodik Bentuk Pohon Tiga Dimensi, Tabel Periodik Bentuk Tangga, Tabel Periodik Bentuk Galaksi, Tabel Periodik Pasangan Salatiga, Tabel Periodik Bentuk Kalender Bangsa Maya. Adapun gambar tabel periodik Bentuk piramida dan Bentuk Galaksi adalah sebagai berikut:
 




2.4 Klasifikasi Unsur 

     Untuk membangun tabel berkala yang berlandaskan kemiripan dalam konfigurasi elektron, suatu titik awal yang baik ialah mensyaratkan sekalian atom dengan konfigurasi terluar ns2np6 terletak pada satu kolom. Kolom tersebut sangat tepat diletakkan pada ujung kanan, dan memuat juga helium (1s2). Kolom ini dengan demikian mengandung unsur-unsur yang disebut gas mulia, He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn.

Bila sekarang unsur-unsur yang masing-masing mengikuti gas mulia dan memiliki elektron tunggal pada orbital ns setelah konfigurasi gas mulia, yakni [ ]ns ditempatkan dalam satu kolom pada tabel paling kiri,bentuk tabel tersebut secara mendasar sudah ditetapkan. Unsur-unsur tersebut, Li,Na,K,Rb,Cs,Fr, disebut logam alkali. Masing-masing segera disusul oleh unsur dengan konfigurasi [  ] ns2, dan ini tentu saja terletak dalam satu kolom. Unsur-unsur tersebut, Be,Mg,Ca,Sr,Ba,Ra, disebut logam alkali tanah.


Bila kembali ke kolom gas mulia, dan berjalan mundur dari kanan ke kiri jelas bahwa akan diperoleh kolom-kolom unsur dengan konfigurasi elektron terluar miring ns2np5, ns2np4 ,.. ns2np1. Unsur-unsur ns2np5, F,Cl,Br,I,At, disebut halogen (berarti pembentuk garam). Unsur-unsur dalam konfigurasi ns2np4 adalah O,S,Se, dan Te disebut keluarga chalcogen. Ketiga kolom lainnya,yaitu unsur-unsur ns2np1 (B,Al,Ga,In,Ti), ns2np2 (C,Si,Ge,Sn,Pb) dan ns2np3 (N,P,As,Sb,Bi) tidak mempunyai golongan trivial.

Diantara Ca (Z=20) dan Ga (Z=31) terdapat 10 unsur,yang kehadirannya pada posisi ini akibat pengisian orbital 3d. Dengan dua penyimpanan kecil, mereka semua memiliki konfigurasi [Ar] 4s2 3dx, dimana x berharga 1-10. Begitu pula antara Sr dan In terdapat deret lain yang konfigurasi elektronnya adalah [Kr]5s2 4d1 sampai [Kr]5s2 4d10. Akhirnya terdapat deret yang mulai dengan La dengan konfigurasi [Xe]6s2 5d1 dan dengan Hg dengan konfigurasi [Xe]6s2 5d10. Dari Ce sampai Lu melewati pengisian orbital 4f. Dengan mengabaikan hal terakhir ini, dapat disusun 30 unsur secara tegak lurus dalam kolom-kolom sedemikian, hingga dalam setiap orbital konfigurasi mengambil bentuk [  ]ns2 (n-1) dx.

Dengan mengecualikan golongan yang terdiri atau Zn,Cd,dan Hg, unsur-unsur ini disebut unsur-unsur transisi atau kadang-kadang unsur-unsur blok d. Ciri-ciri umumnya ialah bahwa baik atom netral maupun beberapa ion penting yang dibentuknya,atau keduanya, memiliki set elektron d yang tidak lengkap.set unsur-unsur dengan orbital 3d belum penuh disebut deret transisi pertama, dan yang mempunyai orbital-orbital 4d dan 5d terisi sebagian berturut-turut disebut deret transisi kedua dan ketiga.
 

Akhirnya, 14 unsur antara La dan Hf, dimana orbital-orbital 4f disusun, ditempatkan pada dasar tabel, untuk menhindari tatanan yang terlalu panjang dan sembarang. Unsur-unsur ini disebut lantanida karena kemiripan kimiawinya dengan lantanum. Suatu set umum yang agak mirip, yang disebut aktinida memiliki orbital-orbital 5f yang terisi sebagian. Unsur-unsur tersebut juga ditempatkan pada bagian   dasar, di bawah lantanida yang sesuai. Kadang-kadang kedua deret itu disebut secara kolektif, unsur-unsur blok f.

Hubungan antara TPU dengan sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi elektronik unsur-unsur yang bersangkutan menyarankan adanya bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi yang sering dijumpai adalah terbaginya unsur-unsur ke dalam empat kelompok: (1) kelompok unsur-unsur inert atau gas mulia, (2) kelompok unsur-unsur utama atau representatif, (3) kelompok unsur-unsur transisi, dan (4) kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)

2.4.1    Unsur-Unsur Inert (golongan 18)
Kelompok unsur-unsur ini yang sering disebut juga unsur-unsur gas mulia (noble gas) terdiri atas 2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn. Kecuali He yang mempunyai konfigurasi penuh 1s2, kelompok unsur ini ditandai dengan konfigurasi elektronik penuh untuk setiap orbital dan dengan elektron valensi ns2 np6. Karakteristik pada orbital kulit terluar inilah yang biasanya dikaitkan dengan sifat inert (lembam) unsur-unsur yang bersangkutan, yaitu sangat stabil dalam arti sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Namun demikian, akhir-akhir ini telah berhasil dibuat beberapa senyawa xenon dan kripton seperti XeF2 , XeF4 , XeF6 , XeO4 , dan KrF2. Unsur-unsur inert ini sering juga disebut sebagai golongan nol karena sifat kestabilan yang tinggi atau M8 (utama), namun menurut IUPAC diklasifikasikan sebagai golongan 18.

2.4.2    Kelompok Unsur-Unsur “Utama”
Unsur-unsur golongan “utama” atau representatif ditandai oleh konfigurasi
elektronik tidak-penuh pada satu kulit terluar, ns1 - ns2 np(0-5), seperti ditunjukkan dalam Unsur-unsur 30Zn, 48Cd, dan 80Hg, masing-masing mempunyai konfigurasi elektronik [18Ar] 3d10 4s2 , [36Kr] 4d10 5s2 , dan [54Xe] 4f 14 5d10 6s2. Unsur-unsur ini dapat membentuk ion M2+ seperti unsur-unsur golongan M2 dengan beberapa kemiripan, namun dengan perbedaan sifat-sifat di antara kedua kelompok ini. Salah satu perbedaannya adalah bahwa unsur-unsur Zn dan Cd mempunyai sifat kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan NH3, ion-ion X- dan CN-. Perbedaan sifat-sifat di antara kedua kelompok ini mungkin disebabkan oleh perbedaan konfigurasi elektronik terluar yaitu 18 elektron bagi ion M2+ untuk kelompok ini. Dengan penuhnya elektron (d10) untuk kelompok ini diduga ada hubungannya dengan sifat polarisasi ion M2+ yang jauh lebih besar daripada sifat polarisasi ion-ion divalen dari kelompok M2 sebagai akibat sifat orbital d yang mudah mengalami distorsi. Oleh karena itu ketiga unsur tersebut sering dinyatakan pula sebagai kelompok unsur utama tetapi dengan notasi M2'.

2.4.3    Kelompok Unsur Transisi

Batasan mengenai unsur transisi masih sering diperdebatkan. Dari satu sisi, unsur-unsur transisi mencakup seluruh unsur-unsur dengan orbital nd(1-10) sedang "diisi" elektron menurut prinsip aufbau. Secara umum, batasan ini memberikan karakteristik konfigurasi elektronik ....... (n-1) d(1-10) ns(1-2), dan dengan demikian unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik ....... (n-1) d10 ns2 yaitu Zn, Cd, dan Hg termasuk di dalamnya. Sebaliknya pandangan lain, yang lebih banyak diikuti oleh para ahli kimia, mempertimbangkan bahwa ketiga unsur kelompok terakhir ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari umumnya sifat-sifat kelompok unsur transisi, misalnya dalam hal sifat magnetis dan warna. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut tidak dapat dipertimbangkan sebagai unsur-unsur transisi. Dengan demikian, unsur-unsur transisi kemudian menunjuk pada unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik belum penuh pada salah satu atau kedua kulit terluar yang melibatkan orbital d yaitu dengan karakteristik konfigurasi elektronik....... (n-1) d(1-10) ns(1-2).

2.4.4    Kelompok unsur Transisi Dalam
Menurut definisi, unsur-unsur ini sebenarnya termasuk juga dalam deret transisi. Tetapi memiliki ciri tambahan dalam susunan elektronnya sehingga dapat dibenarkan menganggapnya sebagai kelompok unsur tersendiri, yang terpisah dari unsur-unsur transisi. Dalam kelompok ini, ketiga arah kuantum utama terluar masih belum penuh karena belum penuhnya orbital (n-2)f. Kaidah kestabilan tambahan pada subkelompok kosong,setengah penuh,dan penuh juga berlaku di sini, dan tentu saja hal ini menolong kita untuk menjelaskan mengenai tahanan oksidasi selain 3 di antara lantanida. Ciri yang sangat menonjol di antara unsur-unsur ini adalah kemiripan sifat-sifat kimia dan fisika satu dengan yang lain yang ditunjukkannya.

Satu fakta yang kelihatannya cukup jelas ditunjukkan oleh deret transisi dalam kedua adalah bahwa sama seperti deret transisi yang pertama, posisi tenaga relatif dari arah yang sedang diisi menjadi lebih rendah ketika elektron berangsur ditambahkan. Dan pada waktu pengisian elektron sudah mencapai neptunium, plutonium, dan anggota berikutnya, kelompok 5f kelihatanya mempunyai tenaga lebih rendah daripada kelompok 6d.

2.5    Kemiripan Unsur-Unsur
Tabel periodik mula-mula didasarkan pada kemiripan dalam sifat-sifat kimia dan fisika kelompok unsur tertentu. Pemahaman yang mendasar mengenai adanya kemiripan tersebut hanya dapat diperoleh setelah adanya model atom yang cukup memuaskan. Ditinjau dari model atom yang sekarang, kita dapat melihat dari konfigurasi elektron logam alkali.
Li…1s^2 2s^1
Na..........2s^2 2p^6 3s^1   
K..........................3s^2 3p^6 4s^1
Rb.......................................4s^2 3d^10 4p^6 5s^1
Cs..............................................................5s^2 4d^10 5p^6 6s^1
Bahwa tiap anggota dari tiap golongan logam alkali mempunyai satu elektron dari orbital s terluar, dengan struktur elektron sebelah dalam yang mirip. Kemiripan dalam konfigurasi elektron inilah yang menyebabkan timbulnya kemiripan sifat-sifat kimia dan fisika logam-logam alkali.

Selain kemiripan secara vertikal, ditemukan juga adanya kemiripan secara horizontal antara beberapa kelompok unsur. Hal ini khususnya dangat jelas dalam hal unsur-unsur lantanida, tetapi juga cukup penting pada unsur-unsur peralihan. Untuk lantanida, kita mencatat bahwa perbedaan konfigurasi elektron ke 14 anggotanya hampir semata-mata terdapat dalam susunan subkelopak 4f. Jika kita tinjau 4 anggota dengan konfigurasi elektronnya yang di bawah ini.
Ce   1s^2  2s^2  2p^6  3s^2  3p^6  4s^2  3d^10  4p^6  5s^2  4d^10  5p^6  6s^2  4f^2
Pr     ................................................................................ 6s^2  4f^2
Nd    ................................................................................ 6s^2  4f^4
G      ................................................................................ 6s^2  4f^2  5d^1

Maka variasi satu-satunya yang terlihat hanyalah kenaikan berangsur jumlah elektron dalam orbital 4f dan dalam hal gadolinium ada tambahan satu elektron ke dalam tahanan 5d. Mengingat kelopak-kelopak yang lain tertanam agak jauh di bawah kelopak valensi maka sumbangannya kepada sifat unsur-unsur agak kecil, sehingga muncullah kemiripan secara horizontal yang cukup jelas.



BAB  III
PENUTUP


3.1     Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari tugas makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan kemiripan sifat-sifat unsurnya.
2. Tabel periodik bentuk panjang (tabel periodik modern) merupakan tabel yang paling populer dari semua bentuk tabel periodik yang ada. 
3. Sub-kelompok dalam tabel Mendeleev dipisahkan sedemikian hingga unsur-unsur terbagi atas 18 kolom tegak, yang disebut golongan dan 7 baris datar yang disebut periode, yang pertama mengandung 2 unsur, yang kedua mengandung 8 unsur, yang keempat dan kelima mengandung 18 unsur, yang keenam dan ketujuh mengandung 32 unsur, serta ketujuh periode ini berisi 118 unsur, 105 di antaranya adalah yang kita kenal sekarang. 
4. Agar bentuk tabel tidak terlalu panjang, ke 14 unsur yang muncul dalam periode keenam dan ketujuh yang diletakkan di bawah tubuh tabel utama, dan disebut sebagai deret lantanida ( muncul setelah lantanum) dan deret aktanida (muncul setelah aktanium). 
5. Atom dengan konfigurasi terluar ns2np6 terletak pada satu kolom yang  diletakkan pada ujung kanan, unsur-unsur yang disebut gas mulia, He,Ne, Ar, Kr, Xe, Rn. 
6. Konfigurasi [ ]ns1 ditempatkan dalam satu kolom pada tabel paling kiri meliputi Li,Na,K,Rb,Cs,Fr, disebut logam alkali. 
7. Disusul oleh unsur dengan konfigurasi [ ]ns2 meliputi Be,Mg,Ca,Sr,Ba,Ra, disebut logam alkali tanah. 
8. Unsur-unsur ns2np5, F,Cl,Br,I,At, disebut halogen (berarti pembentuk garam).  
9. Unsur-unsur dalam konfigurasi ns2np4 adalah O,S,Se, dan Te disebut keluarga chalcogen. 
10. Unsur-unsur ns2np1 (B,Al,Ga,In,Ti), ns2np2 (C,Si,Ge,Sn,Pb) dan ns2np3 (N,P,As,Sb,Bi) tidak mempunyai golongan trivial. 
11. Klasifikasi yang sering dijumpai adalah terbaginya unsur-unsur ke dalam empat kelompok: (1) kelompok unsur-unsur inert atau gas mulia, (2) kelompok unsur-unsur utama atau representatif, (3) kelompok unsur-unsur transisi, dan (4) kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition).


DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. A. dan Wilkinson. G, 1989, Kimia Organik Dasar. Jakarta: Universitas  Indonesia    Press.
Day,  Jr.,  M. C.,  dan  Selbin,  J, 1987, Kimia Anorganik Teori Edisi Kedua, Yogyakarta: UGM  Press.
Sugiyarto, Kristian H. dan Retno D. Suyanti, 2010, Dasar-Dasar  Kimia Anorganik, Yogyakarta: Graha Ilmu.